Penamaan Direktori
Penamaan pada file dan folder merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam CMS yang kita bangun. Jika sebuah folder tidak diberi nama dengan benar, maka file-file yang terdapat di dalam folder tersebut tidak akan dapat di-load.
Untuk mudahnya: Direktori yang ditulis dengan warna hitam, adalah direktori yang tidak boleh diganti namanya. Direktori yang ditulis dengan warna merah adalah direktori yang penamaannya tergantung dari isi didalam direktori tersebut.
Sedangkan untuk yang berwarna biru, adalah direktori optional. Biasanya digunakan untuk gambar (images), CSS, Javascript. Penamaannya terserah saja, asal template dari CMS dapat menemukan direktori ini.
Directori ROOT_DIR dapat diberi nama apa saja, asalkan server dapat mengetahui dimana letak file dari CMS yang kita buat. Penamaan ini juga tergantung dari konfigurasi server yang ada.
Direktori INC tidak boleh diganti. Di dalam direktori ini terdapat file-file penting dari CMS.
Direktori plug-ins juga tidak boleh diganti. Di dalam direktori ini akan diletakkan plug-in2 untuk CMS. Direktori plug-in_name harus diganti namanya berdasarkan nama plug-in yang terdapat didalamnya. Bingung?
Misal saja : kita membuat plugin untuk gallery, maka untuk direktori plug-in_name diganti menjadi gallery. Dan didalam gallery tadilah kita letakkan file-file diperlukan untuk plugin gallery tsb. CMS akan mengetahui nama plug-in yang dibuat berdasarkan nama direktori dimana lugin tersebut diletakkan.
Direktori blocks tidak boleh diganti namanya. Di dalam direktori ini terdapat blok yang digunakan oleh plugin. Setiap plugin memiliki sebuah direktori block.
Direktori modules juga tidak boleh diganti. Terdapat module2 yang akan digunakan pada plugin, dan tentu saja setiap direktori plug-in memiliki direktori modules di dalamnya.
Di dalam direktori templates terdapat file yang akan digunakan untuk tampilan dari CMS. Nama direktori ini tidak boleh diganti
Direktori site_name diubah namanya berdasarkan host. Misalkan host dari situs ini ada di subdomain.url.com, maka site_name akan diganti menjadi subdomain, atau jika di host di www.url.com, maka nama direktorinya diubah menjadi url. Satu direktori digunakan untuk satu website
Direktori template_name harus diganti namanya berdasarkan nama template yang digunakan. Contoh: jika template yang dibuat diberi nama apple, maka direktori template_name harus diganti namanya menjadi apple.
Nama direktori images dapat diganti apapun. Direktori ini berisi gambar (image), CSS, Javascript atau hal lain yang akan digunakan oleh template.
Database
Sebagai permulaan untuk database, ada baiknya kita me-review table yang akan dibuat, dan apa saja kegunaannya.
- Block_location: Tabel ini berisi data yang akan mengatur blok. Dimana dan kapan sebuah blok akan di-load.
- Blocks: Table ini berisi data mengenai blok. Title, filename, plugin, module, level authentikasi, dan verifikasi di situs mana blok akan di-load
- Group_users: Berisi data mengenai di group mana sorang user terdaftar.
- Groups: Berisi data tentang nama group
- Module_status: tabel ini berisi data yang mengatur module apa yang akan di gunakan, dan digunakan pada site yang mana.
- Modules: Berisi keterangan sebuah modul yang berupa nama, file, direktori, pembuat, versi, type, dan plugin mana yang membutuhkannya.
- Plugin_status: tabel ini berisi data yang mengatur plugin apa yang akan di gunakan, dan digunakan pada site yang mana.
- Plugins: Berisi keterangan sebuah modul yang berupa nama, file, direktori, pembuat, versi, type, dan loading priority
- Sites: Berisi data tentang nama site dan host
- Template_users: Berisi data tentang template yang sedang digunakan oleh user, dan siapa nama user yang menggunakannya
- Templates: This table contains all the data that defines each template’s name, site, file, and status.
- Users: Berisi data tentang user yang berupa username, password, dan di site mana user tersebut terdaftar
Dibawah ini adalah hasil dari MySQLdump-nya.
# Table: ‘block_location’
#
CREATE TABLE `block_location` (
`bl_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`block_ID` int(11) default ‘0’,
`block_row` int(11) default ‘0’,
`block_col` int(11) default ‘0’,
`block_page` varchar(255) default ‘all’,
`site_ID` int(11) default ‘1’,
`user_ID` int(11) default ‘0’,
PRIMARY KEY (`bl_ID`),
UNIQUE KEY `bl_ID` (`bl_ID`),
KEY `bl_ID_2` (`bl_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘blocks’
#
CREATE TABLE `blocks` (
`block_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`block_title` varchar(255) default ‘Block Title’,
`block_file` varchar(255) default ‘0’,
`plugin_ID` int(11) default ‘0’,
`group_ID` int(11) default ‘0’,
`site_ID` int(11) default NULL,
`mod_ID` int(11) default NULL,
PRIMARY KEY (`block_ID`),
UNIQUE KEY `block_ID` (`block_ID`),
KEY `block_ID_2` (`block_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘group_users’
#
CREATE TABLE `group_users` (
`gu_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`group_ID` int(11) default ‘0’,
`user_ID` int(11) default ‘0’,
`site_ID` int(11) default ‘0’,
PRIMARY KEY (`gu_ID`),
UNIQUE KEY `gu_ID` (`gu_ID`),
KEY `gu_ID_2` (`gu_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘groups’
#
CREATE TABLE `groups` (
`group_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`group_name` varchar(255) default NULL,
PRIMARY KEY (`group_ID`),
UNIQUE KEY `group_ID` (`group_ID`),
KEY `group_ID_2` (`group_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘module_status’
#
CREATE TABLE `module_status` (
`ms_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`mod_ID` int(11) default ‘0’,
`mod_status` varchar(255) default ‘not_initialized’,
`site_ID` int(11) default ‘0’,
PRIMARY KEY (`ms_ID`),
UNIQUE KEY `ms_ID` (`ms_ID`),
KEY `ms_ID_2` (`ms_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘modules’
#
CREATE TABLE `modules` (
`mod_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`mod_name` varchar(255) default NULL,
`mod_dir` varchar(255) default NULL,
`mod_file` varchar(255) default NULL,
`mod_author` varchar(255) default NULL,
`mod_version` varchar(255) default ‘1.0’,
`mod_type` varchar(255) default ‘public’,
`plugin_ID` int(11) default NULL,
PRIMARY KEY (`mod_ID`),
UNIQUE KEY `mod_ID` (`mod_ID`),
KEY `mod_ID_2` (`mod_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘plugin_status’
#
CREATE TABLE `plugin_status` (
`ps_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`plugin_ID` int(11) default ‘0’,
`plugin_status` varchar(255) default ‘not_initialized’,
`site_ID` int(11) default ‘0’,
PRIMARY KEY (`ps_ID`),
UNIQUE KEY `ps_ID` (`ps_ID`),
KEY `ps_ID_2` (`ps_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘plugins’
#
CREATE TABLE `plugins` (
`plugin_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`plugin_name` varchar(255) default ‘0’,
`plugin_dir` varchar(255) default ‘plugins’,
`plugin_file` varchar(255) default ‘0’,
`plugin_author` varchar(255) default ‘0’,
`plugin_version` varchar(255) default ‘0’,
`plugin_type` varchar(255) default ‘private’,
`plugin_priority` int(11) default ‘0’,
PRIMARY KEY (`plugin_ID`),
UNIQUE KEY `plugin_ID` (`plugin_ID`),
KEY `plugin_ID_2` (`plugin_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘sites’
#
CREATE TABLE `sites` (
`site_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`site_name` varchar(255) NOT NULL default ‘0’,
`site_host` varchar(255) default ‘0’,
PRIMARY KEY (`site_ID`),
UNIQUE KEY `site_ID` (`site_ID`),
KEY `site_ID_2` (`site_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘template_users’
#
CREATE TABLE `template_users` (
`tu_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`user_ID` int(11) default ‘0’,
`t_ID` int(11) default ‘0’,
`site_ID` int(11) default ‘0’,
PRIMARY KEY (`tu_ID`),
UNIQUE KEY `tu_ID` (`tu_ID`),
KEY `tu_ID_2` (`tu_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘templates’
#
CREATE TABLE `templates` (
`t_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`t_name` varchar(255) default NULL,
`t_file` varchar(255) default NULL,
`t_status` varchar(255) default ‘0’,
`site_ID` int(11) default NULL,
PRIMARY KEY (`t_ID`),
UNIQUE KEY `t_ID` (`t_ID`),
KEY `t_ID_2` (`t_ID`)
) TYPE=MyISAM;
# Table: ‘users’
#
CREATE TABLE `users` (
`user_ID` int(11) NOT NULL auto_increment,
`user_name` varchar(255) default NULL,
`user_pass` varchar(255) default NULL,
`site_ID` int(11) default ‘1’,
PRIMARY KEY (`user_ID`),
UNIQUE KEY `user_ID` (`user_ID`,`user_name`),
KEY `user_ID_2` (`user_ID`)
) TYPE=MyISAM;
Block System
Langsung aja yuk.
Variabel yang akan kita gunakan disini adalah:
public $bcount;
public $blocks_list;
public $columns;
public $rows;
public $cur_block;
public $cur_tags;
- $bcount adalah variabel yang akan menyimpan informasi tentang berapa banyak blok yang telah di-load.
- $columns menunjukkan array yang di setiap kolom pada template yang digunakan.
- $rows hampir sama seperti $columns. Bedanya, $rows akan menujukkan baris bukan kolom
- $cur_block akan menyimpan data tentang berapa blok yang telah diuraikan pada script
- $cur_tags menyimpan informasi blok yang akan menggantikan tag pada template
- $blocks_list menyimpan informasi title, content, kolom yang akan digunakan
Sekarang, jalankan query SQL untuk memilih semua blok yang akan di perlihatkan pada halaman web. Dimulai dengan membuat function, dan namai dengan blocks(), jadi begitu class dari blok dipanggil, maka function block tadi juga akan berjalan secara otomatis.
function blocks(){
Variabel global yang akan digunakan adalah :
global $sql,$plugins,$modules,$site,$user;
$this->bcount=0;
bcount diberi nilai 0, karena belum ada satupun blok yang di-load.
Untuk menghitung jumlah group yang dimiliki oleh seorang user, kita menggunakan variabel $user->user[‘gids’]. Tugas variabel tersebut nantinya adalah untuk mendapatkan ID group (dimana saja dia terdaftar):
$i=0;
$b_grp="";
while($i< $count=count($user->user['gids'])){
$b_grp.="blocks.group_ID = '{$user->user['gids'][$i]}'";
$i++;
if($i==$count){
$b_grp.=" ";
}else{
$b_grp.=" OR ";
}
}
Lanjut..
Pada sebuah halaman, CMS harus mengetahui blok apa saja yang akan di-load. Agar sebuah blok dapat dipilih, blok tersebut harus memiliki plugin dan module yang telah diinisialisasikan, harus memiliki site ID yang sama dengan ID dari website yang me-request, harus berada di tingkat autentikasi yang sama dengan user yang me-request, dan harus diatur bagaimana pemunculan blok tsb di suatu halaman, atau bahkan semua halaman.
Pada query-nya, kita akan gunakan $b_grp:
$blocks=$sql->_query("SELECT
`blocks`.`block_ID`,
`blocks`.`block_title`,
`blocks`.`block_file`,
`block_location`.`block_col`,
`block_location`.`block_row`,
`plugins`.`plugin_dir`,
`plugins`.`plugin_file`
FROM
`block_location`,
`blocks`,
`plugin_status`,
`plugins`,
`module_status`,
`modules`
WHERE
(`blocks`.`block_ID` = `block_location`.`block_ID`) AND
(`blocks`.`plugin_ID` = `plugin_status`.`plugin_ID`) AND
(`plugins`.`plugin_ID` = `plugin_status`.`plugin_ID`) AND
(`plugin_status`.`plugin_status` = 'initialized') AND
(`blocks`.`mod_ID` = `module_status`.`mod_ID`) AND
(`modules`.`mod_ID` = `module_status`.`mod_ID`) AND
(`module_status`.`mod_status` = 'initialized') AND
$bgs
(`block_location`.`site_ID` = '{$site->site['ID']}') AND
((`block_location`.`block_page` = 'all') OR
(`block_location`.`block_page` = '{$site->site['page']}'))
ORDER BY
`block_location`.`block_col`,
`block_location`.`block_row`");
Setelah query meberikan hasil pada variabel $blocks variable, dapat informasinya melalui function _fetch_object() yang telah kita buat pada SQL class; Hal ini akan memudahkan kita untuk mendapatkan hasil dari query tersebut sebagai sebuah objek.
Lalu kita akan membangun kembali objek tersebut kedalam sebuah array yang lebih user friendly. Alasan kenapa lebih mudah menggunakan array adalah karena kita kita dapat mengatur key dari array tersebut untuk mengkoordinasikan blok; misalnya $blocks_list[1][2] (baca: block list kolom 1 baris 2).
while($block=$sql->_fetch_object($blocks)){
if(file_exists("{$block->plugin_dir}/{$block->plugin_file}/blocks/{$block->block_file}.blk.php")){
$this->blocks_list['column'.$block->block_col][$block->block_row]['block_path']="{$block->plugin_dir}/{$block->plugin_file}/blocks/{$block->block_file}.blk.php";
$this->blocks_list['column'.$block->block_col][$block->block_row]['block_ID']=$block->block_ID;
$this->blocks_list['column'.$block->block_col][$block->block_row]['block_title']=$block->block_title;
}else{
$this->blocks_list['column'.$block->block_col][$block->block_row]['block_path']="plugins/missing/blocks/404.blk.php";
$this->blocks_list['column'.$block->block_col][$block->block_row]['block_ID']=$block->block_ID;
$this->blocks_list['column'.$block->block_col][$block->block_row]['block_title']="Missing Block";
}
}
Bersambung ke bagian 4